Langsung ke konten utama

Menikah itu... Menyebalkan!

Menikah itu menyebalkan.
Banyak hal menjadi berubah saat kamu menikah. Minimal data di KTP dari belum menikah menjadi kawin.  Dengan menikah kita akan mendapat tunjangan suami/istri/anak (bagi perusahaan yang menyediakan, hahaha...) Dan hal penting yang berubah adalah kamu tidak lagi hidup sendiri. Bisa berdua atau mungkin berjamaah dengan yang lain.

Menikah membuat mu terikat satu sama lain.  Apalagi kalau kalian punya bebi alias bayi, jadi artinya yang umurannya masi kuecil intik intiiiik.  Apa2 jadi dipikirkan demi kepentingan semua.  Hobi nongkrong harus milih tempat yang safe dari asap rokok.  Mau pergi ujan2 harus naik mobil (kalo bisa, malahan kalo bisa ngga usa pergi deh).  Hidup serumah dengan orang yang sama entah sampai kapan, menghadapi perbedaan yang baru saja keliatan setelah menikah, berdamai dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang menjengkelkan.  Misal taruh baju yang masi mau dipakai sembarangan, stay on HP everytime, bermalas-malasan disaat kita lagi hetic prepare ini itu.  Belum lagi bebi yang nangis mulu. Maunya digendong ato ditemenin main.  Seolah gabisa ngerti kita masih bejibun kewajiban dan teatrikal rutinitas dunia. Hahahaha...

Menikah itu menyebalkan karena kita dituntut untuk harus berdiri di banyak sisi.  Diantara suami dan mertua.  Diantara mertua dan ipar.  Diantara mertua dan orang tua.  Diantara tetangga kiri kanan.  Diantara anak dan suami.  Diantara suami dan saudara.  Dan sebagainya.  Dituntut untuk menjadi dewasa, dan mulai harus mandiri dan dewasa dalam berkeputusan karena kita mewakili kita.  Tidak ada lagi sosok orang tua yang berdiri di depan kita untuk menjadi wakil kita.

Menikah itu menyebalkan karena ngga ada sekolahnya.  Gereja hanya bisa mempersiapkan dan memberi materi semampunya.  Selanjutnya terserah anda.  Mungkin ini kenapa dulu ada istilah 'belajar menikah' dari kalangan darah biru.  Mereka mengambil istri-istrian (dipilih dari perawan terayu ) dari desa-desa terpencil untuk anak lelaki mereka, agar anak lelaki mereka bisa belajar menikah.  Yang saya belum tau belajarnya itu belajar bagaimana.  Apa supaya mereka teruji jantan dengan berhasil membuahi si perawan.  Karena setiap akhir ceritanya, setelah melahirkan anak tsb harus ditinggal di rumah penggede tsb dan si ibu akan pulang kembali ke desanya.  Dengan bekal perhiasan mahal dan baju serta kain-kain bagus. 

Semenyebalkan itu hidup pernikahan sehingga mungkin banyak yang akhirnya tidak kuat iman dan berpisah.  Sebagian akhirnya menepi dan memutuskan hidup mandiri bersama keluarga kecilnya.  Atau ada yang masih bertahan karena banyak alasan.

Akhirnya saya mengerti kenapa ibu itu memilih diam.  Menikmati setiap kericuhan di rumah beradu dengan kerumitan pikiran.  Menikmati setiap pegal dan linu beradu dengan perut yang keroncongan.  Semenyebalkan ini, hingga hanya yang kuat hati dan imannya yang mampu bertahan.

Menikah itu menyebalkan, tapi sebalnya selalu membuat rindu di hati...

*Ditulis dengan cinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi dan dampaknya

semakin ke sini, perkembangan jaman dan teknologi semakin maju.  sebagai pribadi yang masih hidup dan butuh bersosialisasi kita dituntut untuk bergerak dinamis mengikuti alur dunia.  harus semakin rajin meng-upragrade diri baik secara iman maupun wawasan.  menolak perubahan dan ber-keukeuh terhadap barang lama bukanlah keputusan bijak.  saya tidak mengatakan hal kuno harus ditinggalkan.  manusia punya akal dan hikmat, kita harus pandai dan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. bagaimana kita bijak menyikapi setiap kemajuan dan tetap bermawas diri menjaga kebudayaan dan nilai-nilai leluhur. dinamisnya kemajuan jaman saat ini tentu merubah beberapa bahkan mungkin hampir seluruh aspek kehidupan kita.  beberapa hal yang patut disikapi secara bijak antara lain: 1.  pola asuh (parenting) layaknya tanaman, beda tanah beda varietas tanamannya.  beda jaman tentu beda generasi, dalam salah satu buku terbitan gramedia Raising Children in Digital Era disebutkan bahwa generasi sekara

Untuk Wanita (Kuat)

Menjadi wanita itu adalah kehormatan Kesempatan untuk diciptakan menjadi wanita dan menghidupi panggilannya adalah berkat. Menjadi wanita itu harus kuat, tegar, bahasa kerennya SETRONG seperti model alis sekarang. Tebal dan besar.  Wanita harus bijak dan pandai move on. Menjadi wanita kuat tidak memandang status.  Mau lajang, single, jomblo, janda, istri, ibu, dsb.  Wanita jaman sekarang harus frontal. Frontal dengan tujuan hidup dan cita-cita masa depannya.  Wanita itu harus tahu, kebahagiaan adalah dirinya.  Tau harus menjadi apa, mengerjakan apa, berdiri di sisi mana, menghidupi panggilannya, memenuhi hidupnya dengan passion. Untuk wanita yang sedang menunggu, menghidupi hidup dengan passion setidaknya membuat hidup itu lebih berwarna.  Minimal walaupun ia tahu sedang menanti ia tahu harus menuju kemana.  Artinya wanita harus tahu tujuan hidupnya sekarang dan sambil percaya bahwa nanti tujuannya ini akan membawanya ke tempat yang diharapkan.  Misalnya pasangan.  Walaupun ia bel

Penolong Sepadan (Curhat Seorang Istri)

Kejadian 2 : 18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Ayat ini saya dapatkan ketika saya ngeyel bertanya pada seorang saudara.  Ngeyel meminta jawaban, padahal saya feeling sebenernya beliaunya ini juga masih belajaran hehe... Mungkin beliaunya merasa tidak pede untuk memberi arahan karena masih merasa baru *sama2 baru di dunia pernikahan. Tapi saya waktu itu lagi kepo banget. Nget! Dan ngga tahu harus tanya kemana (lagi) karena perenungan sudah mentok. Dan hati semakin galau gundah gulana tak menentu *eaaaa... Tuhan begitu luar biasa menciptakan kita manusia, bumi, beserta isinya.  Tuhan bahkan telah memerintahkan kita, supaya kita beranakcucu, memenuhi bumi, dan menaklukannya (Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan bur