Langsung ke konten utama

Utama

RELASI. ini perjalanan panjang untuk menceritakan arti sebuah relasi. dasar dari semua yang kita kerjakan adalah hubungan kita dengan Tuhan. berjalan sesuai dengan apa yang Tuhan mau bukan yang kita mau. keadaan galau atau bimbang biasanya berwal dari ketidaktauan kita harus melangkah kemana. karena kita tidak bertanya. atau mungkin kita sedang menjauh. sehingga suara penuntun yang mestinya utama hilang sayup dideru dunia. kalah dengan suara tuhan-tuhan baru versi kita. jadi jelas, apa yang menjadi dasar kita melangkah adalah hasil dari perbincangan kita dengan yang punya hidup.

yang seringkali konyol dan selalu terjadi (saya menyebutnya klasik) adalah kita tahu ini hal utama. bahwa berbincang dengan Tuhan. berQ-time dengan Tuhan adalah pokok. tapi selalu kita menomor sekiankan. bahasa Jawanya 'nggampangke'. hal lucu tapi ironis.

jadi, sejauh apa kita menjagai hubungan kita dengan yang punya hidup? ekstrimnya, kalau belum mampu sama sekali lalu bagaimana kita menjagai hubungan dengan sesama? dengan yang paling dekat yaitu pasangan atau anak? apalagi kita sebagai orang tua bertanggungjawab membawa 'obor' kehidupan. membawa cahaya supaya kelak nanti anak kita juga bisa menemukan jalan yang sepatutnya. jalan yang terang. tidak gelap.

terkadang saya merasa lelah jika harus berhadapan dengan ego. dalam bahasa saya ego adalah logika pikir yang sangat keras dan tak terbantahkan, sekalipun si pemilik tau itu konyol. salah kaprah.  kita seringkali terkotak pada ambisi. ambisi besar tanpa disertai kerelaan hati untuk menerima kenyataan. sehingga ada ungkapan artis cetar membahenol yang bilang hidup dalam buaian fatamorgana. artinya, kita hidup di angan-angan. melangit. lupa kalau tidak punya sayap. sehingga tetap berlagak terbang padahal sayap kita sayap bohongan. hidup yang seperti ini susah sekali dijalani.  ditanggal muda berasa seperti orang kaya, hingga menjelang pertengahan mulai bingung cari pinjaman untuk menutupi gaya.

menerima kenyataan itu hal sepele yang susah dicerna. apalagi kalau egonya sudah keras membatu.  dampaknya jadi kemana-mana. mulai dari gaya hidup nurutin gengsi, takut malu karena tidak seperti yang lainnya, dan parahnya lagi menuhankan logika.

jangankan membayangkannya, bertemu dengan orang seperti ini biasanya sudah sangat menguras energi. mungkin kalau dilihat cakra atau auranya bayangannya seperti kita diam anteng tapi cakranya seberang  menghantam-hantam berulang kali.

standar saya, jika memang hubungan kita sedang NOL besar dengan yang punya hidup. lalu mengapakah kita repot merancang rencana ke depan. sebuah kesia-siaan.  jika kita ingin hidup ini berisi, kita WAJIB tinggal dan hidup di dalam Dia.   

kawan, hidup itu seperti peta.  kita semua punya rel masing-masing.  membumilah. pasrah.  berserah.  pakai hati untuk mengerti, logika itu terbatas tempatnya.  tidak akan cukup untuk menampung kemahaanNya. segala kerumitan kehidupan pasti akan terurai. sekalipun proses tampak seperti tak kemana-mana. Tuhan selalu punya caraNya sendiri.  Bangun dan berbicaralah, supaya kita tahu harus kemana kereta kita berjalan.


*kutulis menuang jemu. aku lelah dengan logikamu. pantaskan diri buat Dia supaya pantas engkau untuk anakmu.
Malang, 2 Maret 2016 menjelang tujuh bulan ia menapak di bumi semoga semakin engkau terberkati memiliki kami (amin)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi dan dampaknya

semakin ke sini, perkembangan jaman dan teknologi semakin maju.  sebagai pribadi yang masih hidup dan butuh bersosialisasi kita dituntut untuk bergerak dinamis mengikuti alur dunia.  harus semakin rajin meng-upragrade diri baik secara iman maupun wawasan.  menolak perubahan dan ber-keukeuh terhadap barang lama bukanlah keputusan bijak.  saya tidak mengatakan hal kuno harus ditinggalkan.  manusia punya akal dan hikmat, kita harus pandai dan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. bagaimana kita bijak menyikapi setiap kemajuan dan tetap bermawas diri menjaga kebudayaan dan nilai-nilai leluhur. dinamisnya kemajuan jaman saat ini tentu merubah beberapa bahkan mungkin hampir seluruh aspek kehidupan kita.  beberapa hal yang patut disikapi secara bijak antara lain: 1.  pola asuh (parenting) layaknya tanaman, beda tanah beda varietas tanamannya.  beda jaman tentu beda generasi, dalam salah satu buku terbitan gramedia Raising Children in Digital Era disebutkan bahwa generasi sekara

Untuk Wanita (Kuat)

Menjadi wanita itu adalah kehormatan Kesempatan untuk diciptakan menjadi wanita dan menghidupi panggilannya adalah berkat. Menjadi wanita itu harus kuat, tegar, bahasa kerennya SETRONG seperti model alis sekarang. Tebal dan besar.  Wanita harus bijak dan pandai move on. Menjadi wanita kuat tidak memandang status.  Mau lajang, single, jomblo, janda, istri, ibu, dsb.  Wanita jaman sekarang harus frontal. Frontal dengan tujuan hidup dan cita-cita masa depannya.  Wanita itu harus tahu, kebahagiaan adalah dirinya.  Tau harus menjadi apa, mengerjakan apa, berdiri di sisi mana, menghidupi panggilannya, memenuhi hidupnya dengan passion. Untuk wanita yang sedang menunggu, menghidupi hidup dengan passion setidaknya membuat hidup itu lebih berwarna.  Minimal walaupun ia tahu sedang menanti ia tahu harus menuju kemana.  Artinya wanita harus tahu tujuan hidupnya sekarang dan sambil percaya bahwa nanti tujuannya ini akan membawanya ke tempat yang diharapkan.  Misalnya pasangan.  Walaupun ia bel

Penolong Sepadan (Curhat Seorang Istri)

Kejadian 2 : 18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Ayat ini saya dapatkan ketika saya ngeyel bertanya pada seorang saudara.  Ngeyel meminta jawaban, padahal saya feeling sebenernya beliaunya ini juga masih belajaran hehe... Mungkin beliaunya merasa tidak pede untuk memberi arahan karena masih merasa baru *sama2 baru di dunia pernikahan. Tapi saya waktu itu lagi kepo banget. Nget! Dan ngga tahu harus tanya kemana (lagi) karena perenungan sudah mentok. Dan hati semakin galau gundah gulana tak menentu *eaaaa... Tuhan begitu luar biasa menciptakan kita manusia, bumi, beserta isinya.  Tuhan bahkan telah memerintahkan kita, supaya kita beranakcucu, memenuhi bumi, dan menaklukannya (Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan bur