Langsung ke konten utama

Sebuah panggilan peran (kompleksitas sebuah komunitas)

Peran dan Panggilan.
Saya terkekeh menulis ini. Malu. Tapi juga geli. Sekali lagi sebuah inisiatif untuk bertanya telah melambungkan nama saya menjadi trending topik sehingga saya rasa (dan saya yakini dalam penerawangan saya) beberapa orang (mbak-mbak khususnya) menjadi meradang. Sesungguhnya tidak baik saya menerawang begitu. Suudzon kalo bahasa teman baik saya. Negatif thinking ih, saya bilang kepada diri saya sendiri. Eh, ternyata besoknya fakta yang muncul tidak jauh juga dari penerawangan saya. Hihi...
Jadi ini yang membuat saya ingin menulis (lagi) setelah sekian lama saya pengin tapi belum menemukan tema yang pas. Panggilan sebuah peran.
Saya selalu bertanya (pada diri sendiri dan Tuhan) kenapa sih, saya itu ngga bisa woles. Ngga bisa tenang, lembut, dan yang alus2 gitu pokoknya. Mungkin belum kali ya, mungkin untuk mencapai di tahap itu saya butuh belajar lebih banyak. Butuh dibentuk. Butuh pengendalian diri tingkat dewa. Kadang juga gemes, kenapa sih ini orang cowok bisa lembut banget, sabar, udah dijahatin segitunya masih memikirkan nasib orang yang jahatin dia. Kalau saya... (Tau sendirilah akan gimana, hehe...) Dan seringkali juga saya bertanya, kenapa sih Tuhan (kebanyakan) kedatangan saya direspon dg cetar membahana. Tidak lepas dari kontroversi. Jadi buah bibir (di belakang saya). Dan ketika saya berkaca serasa saya ngomong sama diri saya sendiri, oh helllooooow... Kamu. Liat deh watakmu. Liat deh, kepribadianmu. Unikmu itu ngga ketulungan. Standarmu itu 'beda'. Dan see... Kita selalu hidup berdampingan dengan banyak kepala, yang tentunya tidak semua akan sepakat dengan apa yang ada pada kamu. Dalam ukuran ini komunitas ini (kebetulan. Kebetulan yang sering terjadi hahaha...) Apa yang saya punya itu emang beda. *Nulis sambil manggut-manggut... Berasa sok dewasa, padahal saya seringkali ngga ikhlas dengan kenyataan hihihi...
Setiap orang dilahirkan dengan sebuah misi. Sebuah panggilan, peran apa yang ia harus mainkan di dunia ini. Saya membayangkan secara ekstrim. Mungkin saja pernah terjadi, seorang yang dianggap penjahat berpikir ia ingin berubah menjadi baik. Tetapi ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menjadi baik dan selalu gagal, lalu ia menyerah. Dan akhirnya kembali ke jalannya. Atau ia menjadi penjahat karena secara tidak sengaja dilahirkan di lingkungan yang demikian. Kita tidak pernah tahu takdir seseorang bukan? (Saya harap perumpamaan ini dibaca dan dipahami dengan perakalan yang luas)  Dengan perumpamaan yang demikian ini, penilaian saya terhadap pribadi-pribadi yang saya kenal lumayan berubah. Oh, jadi wajarlah kalau ibu itu cerewet, oh jadi wajar juga ya mbak itu judes kaya saya hahaha... Oh jadi wajar ya temen cowok saya ini hatinya buaaaiiiik kaya malaikat. Oh jadi wajar sih bapak itu woles banget.
Tuhan menciptakan dunia beserta isinya ini dengan lengkap dan sempurna. Dan seperti yang pernah saya tulis, kesempurnaan itu adalah kondisi dimana terlengkapinya sebuah kekurangan dan kelebihan. Seimbang. Jadi, saya rasa apa saja yang terjadi di dalam dunia ini adalah sebuah kewajaran. Masing-masing telah dituliskan untuk memenuhi panggilan perannya.
Sama seperti saya, yang tiba-tiba bertanya sebuah dasar aturan main. Saya rasa, ini juga karena stimulus Tuhan. Menggelitik saya dengan fenomena standar personal. Padahal kita hidup di lingkungan sebuah institusi dimana sudah ada aturan main yang jelas (walaupun banyak diantaranya bersilangan satu dengan yang lain). Saya terkekeh melihat fakta global ini. Lalu saya menarik posisi saya di atas pulau Jawa. Melihat dimana institusi ini berdiri. Dan juga melihat berapa banyak orang hidup di dalam dan di luar institusi ini. Ah, saya sempat terjebak dalam pemikiran kenapa ini jadi dipersulit. Apakah mereka tidak tahu kesulitan saya sebelum mereka mempersulit (yang saya rasa sikap ini muncul karena saya bertanya tentang sebuah kejelasan, atau mungkin bisa jadi ini dianggap sebuah pembangkangan haha...) Saya lupa bahwa di atas muka bumi ini setiap orang memiliki kesulitannya masing-masing. Tergantung dari panggilan perannya saat ini. Disukai atau tidak apa yang sedang dijalani seseorang ini adalah sebuah panggilan hidupnya. Bedanya adalah, bagaimana ia bersikap dan belajar lebih lagi untuk memainkan peran tersebut. Tentu agar lihai dan profesional kita memerlukan jam terbang yang tinggi. Agar permainan kita cantik dan tidak dirasa secara 'mengejutkan' baik oleh lawan maupun sekitar. Ini yang saya belum mahir memainkannya.
Tahun ini, adalah tahun pembelajaran bagi saya. Saya tidak tahu apa yang Tuhan persiapkan untuk masa depan saya nantinya. Tetapi saya berkeputusan untuk mempelajari semua aturan main yang berkaitan dengan porsi saya saat ini. Dan bisa jadi ini sebuah tanda, agar ke depan saya melakukannya dengan sempurna. Zero mistake. Standar perfect. Di lain kesempatan saya akan 'belajar' menjadi 'pihak seberang'. Yang muncul sesaat sebagai ice breaker, untuk sebuah tujuan. Misalnya 'mengguncang' sesuatu yang tadinya berdiri dengan standar personal menjadi standar bersama. Peran ini tidak enak. Tidak nyaman. Tetapi bisa jadi seru juga, jika saya berhasil berdiri di sana hehe...
Kepada siapapun yang sempat terlibat di dalamnya, semoga ini bisa menjadi kaca kita bersama. Saya tidak akan berhenti di sini untuk bertanya dan belajar. Saya (mungkin) ke depan akan lebih banyak bertanya dan belajar kepada kalian tentang aturan main :) bukan untuk membela diri atau mempersulit, tetapi kepada sebuah tujuan untuk mencapai mufakat. Ah, saya harap tidak ada yang berdarah-darah membaca tulisan saya ini. Bahasa saya memang seringkali lugas (baca: menohok apa adanya). Frontal. Hihi.. maafkan yah, kepada para pembaca budiman diharapkan permaklumannya.
*Dan kepadamu diri yang lemah, ada masanya kamu akan merasa putus asa. Tapi kita akan terus maju sampai ada masa yang menjadi tanda 'cukup'.

2 Petrus 1:5-7 (TB)  Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

Happy weekend :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi dan dampaknya

semakin ke sini, perkembangan jaman dan teknologi semakin maju.  sebagai pribadi yang masih hidup dan butuh bersosialisasi kita dituntut untuk bergerak dinamis mengikuti alur dunia.  harus semakin rajin meng-upragrade diri baik secara iman maupun wawasan.  menolak perubahan dan ber-keukeuh terhadap barang lama bukanlah keputusan bijak.  saya tidak mengatakan hal kuno harus ditinggalkan.  manusia punya akal dan hikmat, kita harus pandai dan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. bagaimana kita bijak menyikapi setiap kemajuan dan tetap bermawas diri menjaga kebudayaan dan nilai-nilai leluhur. dinamisnya kemajuan jaman saat ini tentu merubah beberapa bahkan mungkin hampir seluruh aspek kehidupan kita.  beberapa hal yang patut disikapi secara bijak antara lain: 1.  pola asuh (parenting) layaknya tanaman, beda tanah beda varietas tanamannya.  beda jaman tentu beda generasi, dalam salah satu buku terbitan gramedia Raising Children in Digital Era disebutkan bahwa generasi sekara

Untuk Wanita (Kuat)

Menjadi wanita itu adalah kehormatan Kesempatan untuk diciptakan menjadi wanita dan menghidupi panggilannya adalah berkat. Menjadi wanita itu harus kuat, tegar, bahasa kerennya SETRONG seperti model alis sekarang. Tebal dan besar.  Wanita harus bijak dan pandai move on. Menjadi wanita kuat tidak memandang status.  Mau lajang, single, jomblo, janda, istri, ibu, dsb.  Wanita jaman sekarang harus frontal. Frontal dengan tujuan hidup dan cita-cita masa depannya.  Wanita itu harus tahu, kebahagiaan adalah dirinya.  Tau harus menjadi apa, mengerjakan apa, berdiri di sisi mana, menghidupi panggilannya, memenuhi hidupnya dengan passion. Untuk wanita yang sedang menunggu, menghidupi hidup dengan passion setidaknya membuat hidup itu lebih berwarna.  Minimal walaupun ia tahu sedang menanti ia tahu harus menuju kemana.  Artinya wanita harus tahu tujuan hidupnya sekarang dan sambil percaya bahwa nanti tujuannya ini akan membawanya ke tempat yang diharapkan.  Misalnya pasangan.  Walaupun ia bel

Penolong Sepadan (Curhat Seorang Istri)

Kejadian 2 : 18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Ayat ini saya dapatkan ketika saya ngeyel bertanya pada seorang saudara.  Ngeyel meminta jawaban, padahal saya feeling sebenernya beliaunya ini juga masih belajaran hehe... Mungkin beliaunya merasa tidak pede untuk memberi arahan karena masih merasa baru *sama2 baru di dunia pernikahan. Tapi saya waktu itu lagi kepo banget. Nget! Dan ngga tahu harus tanya kemana (lagi) karena perenungan sudah mentok. Dan hati semakin galau gundah gulana tak menentu *eaaaa... Tuhan begitu luar biasa menciptakan kita manusia, bumi, beserta isinya.  Tuhan bahkan telah memerintahkan kita, supaya kita beranakcucu, memenuhi bumi, dan menaklukannya (Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan bur