Langsung ke konten utama

Takaran Sebuah Nilai

Nilai.  Entah nilai baik atau benar. Pantas atau tidak. Masing-masing kita memiliki alat ukur sendiri-sendiri. Benar bagi anda belum tentu bagi saya. Usaha terbaik bagi anda belum tentu bagi saya. Kepantasan bagi saya belum tentu bagi anda.

Masing-masing kita hidup dengan berbagai budaya, berbagai pekerjaan dan sudut pandang.  Berbagai latar belakang inilah yang akhirnya akan membentuk stigma kita tentang takaran sebuah nilai.

Jika kita ingin menilai hal dengan standar yang sama maka harus ada SOP yang jelas yang kita sepakati.  Walaupun bisa saja terjadi penafsiran yang berbeda-beda. Sama halnya ketika kita mencoba memahami dan menafsirkan ayat-ayat kitab suci tulisan para nabi jaman dahulu. Belum tentu pada ayat yang sama satu dengan yang lain akan memaknai hal yang sama.

Jadi hemat saya, lapangkanlah dada, perbanyaklah wawasan dan pergaulan, dari sana kita akan belajar tentang arti kedewasaan. Tentang arti penerimaan perbedaan. Bahwa selain kita masih banyak berjuta-juta manusia hidup di dunia ini dengan masing-masing warna dan cara pandangnya.  Bilakah yang kita nilai kurang baik, menjadi catatan, bilakah yang kita anggap benar ternyata kurang benar di mata orang lain, tersenyumlah. Tidak semua orang harus hidup dengan cara pandang dan cara hidup kita.  Tuhan dengan KemahaanNya menciptakan keberagaman manusia begitu kompleks hingga mungkin logika kita tak sanggup memikirkannya.

Setiap orang berhak untuk hidup dengan caranya, dengan takarannya, apabila kurang pas dengan standar kita jika engkau peduli; tegurlah jika tidak; abaikan.  Cukup hidup dengan cara sebaik-baiknya kita yang kita pahami melalui pegangan hidup yang kita yakini.  Biarkan Tuhan yang menilai. Karena kesia-siaan jika engkau bermaksud baik dan berusaha keras menunjukannya tetapi orang lain sudah terlanjur buta tentang kamu.

semoga menginspirasi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi dan dampaknya

semakin ke sini, perkembangan jaman dan teknologi semakin maju.  sebagai pribadi yang masih hidup dan butuh bersosialisasi kita dituntut untuk bergerak dinamis mengikuti alur dunia.  harus semakin rajin meng-upragrade diri baik secara iman maupun wawasan.  menolak perubahan dan ber-keukeuh terhadap barang lama bukanlah keputusan bijak.  saya tidak mengatakan hal kuno harus ditinggalkan.  manusia punya akal dan hikmat, kita harus pandai dan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. bagaimana kita bijak menyikapi setiap kemajuan dan tetap bermawas diri menjaga kebudayaan dan nilai-nilai leluhur. dinamisnya kemajuan jaman saat ini tentu merubah beberapa bahkan mungkin hampir seluruh aspek kehidupan kita.  beberapa hal yang patut disikapi secara bijak antara lain: 1.  pola asuh (parenting) layaknya tanaman, beda tanah beda varietas tanamannya.  beda jaman tentu beda generasi, dalam salah satu buku terbitan gramedia Raising Children in Digital Era disebutkan bahwa generasi sekara

Untuk Wanita (Kuat)

Menjadi wanita itu adalah kehormatan Kesempatan untuk diciptakan menjadi wanita dan menghidupi panggilannya adalah berkat. Menjadi wanita itu harus kuat, tegar, bahasa kerennya SETRONG seperti model alis sekarang. Tebal dan besar.  Wanita harus bijak dan pandai move on. Menjadi wanita kuat tidak memandang status.  Mau lajang, single, jomblo, janda, istri, ibu, dsb.  Wanita jaman sekarang harus frontal. Frontal dengan tujuan hidup dan cita-cita masa depannya.  Wanita itu harus tahu, kebahagiaan adalah dirinya.  Tau harus menjadi apa, mengerjakan apa, berdiri di sisi mana, menghidupi panggilannya, memenuhi hidupnya dengan passion. Untuk wanita yang sedang menunggu, menghidupi hidup dengan passion setidaknya membuat hidup itu lebih berwarna.  Minimal walaupun ia tahu sedang menanti ia tahu harus menuju kemana.  Artinya wanita harus tahu tujuan hidupnya sekarang dan sambil percaya bahwa nanti tujuannya ini akan membawanya ke tempat yang diharapkan.  Misalnya pasangan.  Walaupun ia bel

Penolong Sepadan (Curhat Seorang Istri)

Kejadian 2 : 18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Ayat ini saya dapatkan ketika saya ngeyel bertanya pada seorang saudara.  Ngeyel meminta jawaban, padahal saya feeling sebenernya beliaunya ini juga masih belajaran hehe... Mungkin beliaunya merasa tidak pede untuk memberi arahan karena masih merasa baru *sama2 baru di dunia pernikahan. Tapi saya waktu itu lagi kepo banget. Nget! Dan ngga tahu harus tanya kemana (lagi) karena perenungan sudah mentok. Dan hati semakin galau gundah gulana tak menentu *eaaaa... Tuhan begitu luar biasa menciptakan kita manusia, bumi, beserta isinya.  Tuhan bahkan telah memerintahkan kita, supaya kita beranakcucu, memenuhi bumi, dan menaklukannya (Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan bur