Nilai. Entah nilai baik atau benar. Pantas atau tidak. Masing-masing kita memiliki alat ukur sendiri-sendiri. Benar bagi anda belum tentu bagi saya. Usaha terbaik bagi anda belum tentu bagi saya. Kepantasan bagi saya belum tentu bagi anda.
Masing-masing kita hidup dengan berbagai budaya, berbagai pekerjaan dan sudut pandang. Berbagai latar belakang inilah yang akhirnya akan membentuk stigma kita tentang takaran sebuah nilai.
Jika kita ingin menilai hal dengan standar yang sama maka harus ada SOP yang jelas yang kita sepakati. Walaupun bisa saja terjadi penafsiran yang berbeda-beda. Sama halnya ketika kita mencoba memahami dan menafsirkan ayat-ayat kitab suci tulisan para nabi jaman dahulu. Belum tentu pada ayat yang sama satu dengan yang lain akan memaknai hal yang sama.
Jadi hemat saya, lapangkanlah dada, perbanyaklah wawasan dan pergaulan, dari sana kita akan belajar tentang arti kedewasaan. Tentang arti penerimaan perbedaan. Bahwa selain kita masih banyak berjuta-juta manusia hidup di dunia ini dengan masing-masing warna dan cara pandangnya. Bilakah yang kita nilai kurang baik, menjadi catatan, bilakah yang kita anggap benar ternyata kurang benar di mata orang lain, tersenyumlah. Tidak semua orang harus hidup dengan cara pandang dan cara hidup kita. Tuhan dengan KemahaanNya menciptakan keberagaman manusia begitu kompleks hingga mungkin logika kita tak sanggup memikirkannya.
Setiap orang berhak untuk hidup dengan caranya, dengan takarannya, apabila kurang pas dengan standar kita jika engkau peduli; tegurlah jika tidak; abaikan. Cukup hidup dengan cara sebaik-baiknya kita yang kita pahami melalui pegangan hidup yang kita yakini. Biarkan Tuhan yang menilai. Karena kesia-siaan jika engkau bermaksud baik dan berusaha keras menunjukannya tetapi orang lain sudah terlanjur buta tentang kamu.
semoga menginspirasi..
Masing-masing kita hidup dengan berbagai budaya, berbagai pekerjaan dan sudut pandang. Berbagai latar belakang inilah yang akhirnya akan membentuk stigma kita tentang takaran sebuah nilai.
Jika kita ingin menilai hal dengan standar yang sama maka harus ada SOP yang jelas yang kita sepakati. Walaupun bisa saja terjadi penafsiran yang berbeda-beda. Sama halnya ketika kita mencoba memahami dan menafsirkan ayat-ayat kitab suci tulisan para nabi jaman dahulu. Belum tentu pada ayat yang sama satu dengan yang lain akan memaknai hal yang sama.
Jadi hemat saya, lapangkanlah dada, perbanyaklah wawasan dan pergaulan, dari sana kita akan belajar tentang arti kedewasaan. Tentang arti penerimaan perbedaan. Bahwa selain kita masih banyak berjuta-juta manusia hidup di dunia ini dengan masing-masing warna dan cara pandangnya. Bilakah yang kita nilai kurang baik, menjadi catatan, bilakah yang kita anggap benar ternyata kurang benar di mata orang lain, tersenyumlah. Tidak semua orang harus hidup dengan cara pandang dan cara hidup kita. Tuhan dengan KemahaanNya menciptakan keberagaman manusia begitu kompleks hingga mungkin logika kita tak sanggup memikirkannya.
Setiap orang berhak untuk hidup dengan caranya, dengan takarannya, apabila kurang pas dengan standar kita jika engkau peduli; tegurlah jika tidak; abaikan. Cukup hidup dengan cara sebaik-baiknya kita yang kita pahami melalui pegangan hidup yang kita yakini. Biarkan Tuhan yang menilai. Karena kesia-siaan jika engkau bermaksud baik dan berusaha keras menunjukannya tetapi orang lain sudah terlanjur buta tentang kamu.
semoga menginspirasi..
Komentar
Posting Komentar