Terjadilah suatu ketika. Wasap suami mengalami ke-error-an. Bernasib sama seperti hape mungilnya. Sehingga untuk urusan komunikasi yg biasanya mengandalkan wasap tsb harus beralih ke media lain.
BBM. Tapi sengaja tidak kami pilih. Lebih tepatnya tidak saya pilih. Dulu kami punya semuanya. Lain. Wasap. Efbe. Instah. Bbm. Tapi semuanya betubah sejak negara api menyerang. Ribut gara2 status bbm. Setelah itu saya d delkon. Sebel?? Iyalah. Awalnya. Setelah itu biasa aja. Saya belajar bahwa dalam hubungan suami istri, saya tidak perlu harus tau semuanya. Note: dulu saya kepooo banget. Yang penting saya percaya dia. Kok bisa? Saya rasa, percaya itu muncul dari ketulusan kita menyayangi seseorang. Percaya itu juga dibangun dari lingkungan yang saling mendukung. Budaya atau kebiasaan untuk mengerti dan memahami posisi masing2.
Saya belajar dari silang pendapat kami tentang status bbm: kita memang sudah bersuami istri tetapi kita tetap butuh privasi. Sekali lagi, media social. Bisa menjadi alat menghubungkan atau justru menghancurkan.
Bijak membagi pin atau kontak. Dan tidak mudah terjebak dalam 'euforia kerabat'. Mungkin ini bisa menjadi salah satu filter kita untuk lebih bijak lagi membangun hubungan :)
semakin ke sini, perkembangan jaman dan teknologi semakin maju. sebagai pribadi yang masih hidup dan butuh bersosialisasi kita dituntut untuk bergerak dinamis mengikuti alur dunia. harus semakin rajin meng-upragrade diri baik secara iman maupun wawasan. menolak perubahan dan ber-keukeuh terhadap barang lama bukanlah keputusan bijak. saya tidak mengatakan hal kuno harus ditinggalkan. manusia punya akal dan hikmat, kita harus pandai dan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. bagaimana kita bijak menyikapi setiap kemajuan dan tetap bermawas diri menjaga kebudayaan dan nilai-nilai leluhur. dinamisnya kemajuan jaman saat ini tentu merubah beberapa bahkan mungkin hampir seluruh aspek kehidupan kita. beberapa hal yang patut disikapi secara bijak antara lain: 1. pola asuh (parenting) layaknya tanaman, beda tanah beda varietas tanamannya. beda jaman tentu beda generasi, dalam salah satu buku terbitan gramedia Raising Children in Digital Era disebutkan bahwa generasi sekara
Yeyeyeyyeyeyyeyey....
BalasHapusLuv u